Jumlah buku yang dibaca masyarakat ASEAN sudah tiga buku per tahun, tetapi di Indonesia baru satu buku per tahun.
WONOSOBO -- Kepala Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengembangan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Ahmad Maskuri mengatakan, berdasarkan hasil survei, masyarakat Indonesia lebih memilih menonton acara televisi dibandingkan membaca buku. Hal ini, kata Maskuri, memprihatinkan dan harus diubah.
"Sebanyak 91,6 persen dari orang yang disurvei di seluruh Indonesia mengaku memilih menonton TV daripada menekuni buku bacaan," kata Maskuri pada Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Wonosobo, Jumat (12/5). Menurut dia, kenyataan memprihatinkan itu melahirkan inisiatif Safari Gerakan Nasional Membaca.
Melalui gerakan tersebut, katanya, masyarakat diajak untuk meningkatkan minat membaca mengingat saat ini tingkat literasi Indonesia sudah sangat tertinggal dibanding negara lain. "Rendahnya minat baca masyarakat membuat indeks pembangunan manusia Indonesia kini jauh di bawah negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand," kata Maskuri.
Apalagi, dibandingkan Amerika Serikat yang masyarakatnya telah membaca tidak kurang dari 25 buku per tahun, Indonesia terlalu jauh di bawah.
"Di tingkat ASEAN, jumlah buku yang dibaca sudah tiga buku per tahun sedangkan Indonesia masih pada kisaran nol-satu buku," kata dia.
Karena itu, dia berharap, pemerintah daerah mendukung sepenuhnya gerakan pembudayaan minat baca di masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda dan pelajar.
Apalagi, sekarang sudah beredar surat imbauan dari menteri pendidikan dan kebudayaan RI yang berisi ajakan agar sekolah membiasakan memulai pembelajaran dengan membaca 15 menit sebelum mulai kegiatan belajar-mengajar.
Wakil Bupati Wonosobo Agus Subagiyo mendukung dan memprioritaskan gerakan membaca nasional ini. Agus mengatakan, ia berharap gerakan membaca di kabupatennya bisa sampai ke tingkat rukun tetangga. "Saya bahkan berharap gerakan membaca ini bisa sampai ke tingkat rukun tetangga dengan didukung pemerintah desa," katanya.
Menurut dia, hal itu memungkinkan, mengingat desa kini disokong dana cukup besar untuk membangun.
"Jadi, agar desa tidak hanya mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur, tapi juga untuk pembangunan sumber daya manusia melalui pembudayaan membaca," kata Agus.
Serentak membaca Sepanjang pekan ini, di berbagai daerah di Indonesia memang marak acara Gerakan Indonesia Membaca (GIM). Peresmian GIM rencananya berlangsung serentak di 20 kota di Indonesia pada Ahad (14/5). Salah satu kota yang berpartisipasi adalah Kota Ambon. Kepala Dinas Pendidikan Benny Kainama mengatakan, pencanangan GIM serta Gerakan Pemberdayaan Pendidikan Perempuan Marginal (GPPM) dilaksanakan di Kota Ambon pada 14 Mei 2016 oleh Dirjen Keaksaraan Kemendiknas.
Pencanangan GIM akan dihadiri 1.000 orang dari berbagai lapisan masyarakat di Kota Ambon. "Dengan pencanangan ini, Ambon diharapkan menjadi kota yang gemar membaca, dimulai dari siswa SD, minimal sebelum pelajaran dimulai, dilakukan akti vitas membaca," ujar Benny, kemarin.
Benny menyatakan, minat membaca masyarakat Indonesia berdasarkan hasil survei UNESCO sangat rendah. Dari 61 negara di dunia yang memiliki daftar literatur, kedudukan Indonesia berada pada peringkat ke- 60.
Sementara, dari Bandung, Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Kapusarda) Kota Bandung Adin Mukhtarudin mengatakan, Peme rintah Kota Bandung bakal memperbanyak pojok membaca di sejumlah titik di kota itu. Pemkot bekerja sama dengan sejumlah komunitas membaca dan aparat wilayah membuka perpustakaan kecil di tiap kelurahan.
Adin mengatakan, pemkot bahkan sudah menyediakan gerai membaca khusus tiap Ahad di acara car free day Dago. "Tapi, ya pengunjungnya bisa dihitung dengan jari," kata dia.
Di Pandeglang, Banten, Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang Aah Wahid Maulany menegaskan, semua sekolah di wilayahnya harus menerap kan gerakan membaca 15 menit sebelum kegiatan belajar-mengajar.
Untuk menunjang gerakan ini, setiap sekolah diharapkan memiliki perpustakaan yang mumpuni dan didukung tenaga pengelola profesional.
Saat ini, di Pandeglang, untuk SMA/sederajat dan SMP/sederajat, sudah memiliki perpustakaan. Namun, untuk sekolah dasar, baru 80 persen yang memiliki. antara, ed: Stevy Maradona
Source ↔ Listen MP3 Music